Bab Duapuluh-Tujuh (Chapter Twenty Seven)

Kehidupan Setelah Kematian (The Afterlife)

 

Sebagian besar orang Kristen tahu bahwa ketika seorang manusia mati, ia bisa saja ke neraka atau ke sorga. Namun tak semua orang menyadari bahwa sorga bukanlah tempat akhir bagi orang benar, dan bahwa Hades bukanlah tempat akhir bagi orang tidak benar.

Ketika para pengikut Yesus Kristus meninggal, roh-roh/jiwa-jiwa mereka segera pergi ke sorga di mana Allah tinggal (lihat 2 Korintus 5:6-8; Filipi 1:21-23; 1 Tesalonika 4:14). Namun sekali kelak nanti, Allah akan menciptakan sorga baru dan bumi baru, dan Yerusalem Baru akan turun dari sorga ke bumi (lihat 2 Petrus 3:13; Wahyu 21:1-2). Di Yerusalem Baru, orang-orang benar akan hidup selamanya.

Ketika orang tidak benar meninggal, ia pergi ke Hades, yakni tempat sementara di mana ia akan menunggu tubuhnya untuk dibangkitkan kembali. Ketika harinya tiba, ia akan berdiri di hadapan takhta penghakiman Allah, lalu dilempar ke dalam lautan yang menyala-nyala dengan api dan belerang, dan di dalam Alkitab, tempat itu disebut Gehenna. Kita akan bahas semua itu secara lebih rinci dari Alkitab.

Ketika Orang Tidak Benar Mati (When the Unrighteous Die)

Untuk memahami dengan benar apa yang terjadi kepada orang yang tidak benar setelah ia mati, kita harus pelajari satu kata bahasa Ibrani dalam Perjanjian Lama dan tiga kata bahasa Gerika dalam Perjanjian Baru. Walaupun satu kata bahasa Ibrani dan tiga kata bahasa Gerika menggambarkan tiga tempat berbeda, semua kata itu sering diterjemahkan menjadi neraka dalam terjemahan Alkitab, yang bisa saja membingungkan para pembaca.

Pertama, perhatikan kata Sheol dalam bahasa Ibrani dalam Perjanjian Lama.

Kata Sheol disebutkan lebih dari 60 kali dalam Perjanjian Lama. Kata itu mengacu pada tempat tinggal setelah-mati bagi orang-orang tidak benar. Misalnya, ketika Korah dan para pengikutNya memberontak melawan Musa di padang gurun, Allah menghukum mereka dengan cara membuka tanah, sehingga mereka dan semua harta miliknya terperosok. Alkitab berkata bahwa mereka jatuh ke dalam Sheol:

Demikianlah mereka dengan semua orang yang ada pada mereka turun hidup-hidup ke dunia orang mati [Sheol]; dan bumi menutupi mereka, sehingga mereka binasa dari tengah-tengah jemaah itu. (Bilangan 16:33, tambahkan penekanan).

Lalu dalam sejarah Israel, Allah ingatkan mereka bahwa murka Allah memperkuat nyala api yang membakar Sheol:

Sebab api telah dinyalakan oleh murka-Ku, dan bernyala-nyala sampai ke bagian dunia orang mati yang paling bawah; api itu memakan bumi dengan hasilnya, dan menghanguskan dasar gunung-gunung. (Ulangan 32:22, tambahkan penekanan).

Raja Daud menyatakan bahwa,

Orang-orang fasik akan kembali ke dunia orang mati [Sheol], ya, segala bangsa yang melupakan Allah. (Mazmur 9:17, tambahkan penekanan).

Dan ia berdoa untuk menghadapi orang-orang yang tidak benar dengan memohon,

Biarlah maut menyergap mereka, biarlah mereka turun hidup-hidup ke dalam dunia orang mati [Sheol]! Sebab kejahatan ada di kediaman mereka, ya dalam batin mereka. (Mazmur 55:16, tambahkan penekanan).

Untuk mengingatkan orang muda akan tipuan wanita sundal, Salomo menuliskan,

Rumahnya adalah jalan ke dunia orang mati [Sheol], yang menurun ke ruangan-ruangan maut. …. Tetapi orang itu tidak tahu, bahwa di sana ada arwah-arwah dan bahwa orang-orang yang diundangnya ada di dalam dunia orang mati [Sheol]. (Amsal 7:27; 9:18, tambahkan penekanan).

Salomo menuliskan amsal lainnya yang membuat kita percaya bahwa bukanlah orang-orang benar yang berakhir di Sheol:

Jalan kehidupan orang berakal budi menuju ke atas, supaya ia menjauhi dunia orang mati [Sheol] di bawah. (Amsal 15:24, tambahkan penekanan).

Engkau memukulnya [anakmu] dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati [Sheol]. (Amsal 23:14, tambahkan penekanan)

Akhirnya, dengan memperkirakan gambaran Yesus tentang neraka, dengan nubuatan Yesaya berbicara kepada raja Babilonia, yang meninggikan dirinya tetapi yang nanti dilemparkan ke dalam Sheol:

Dunia orang mati [Sheol] yang di bawah gemetar untuk menyongsong kedatanganmu, dijagakannya arwah-arwah bagimu, yaitu semua bekas pemimpin di bumi; semua bekas raja bangsa-bangsa dibangunkannya dari takhta mereka. Sekaliannya mereka mulai berbicara dan berkata kepadamu: ‘Engkau juga telah menjadi lemah seperti kami, sudah menjadi sama seperti kami!’ Ke dunia orang mati sudah diturunkan kemegahanmu dan bunyi gambus-gambusmu; ulat-ulat dibentangkan sebagai lapik tidurmu, dan cacing-cacing sebagai selimutmu.” “Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di Bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi! Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati [Sheol] engkau diturunkan, ke tempat yang paling dalam di liang kubur. Orang-orang yang melihat engkau akan memperhatikan dan mengamat-amati engkau, katanya: Inikah dia yang telah membuat bumi gemetar, dan yang telah membuat kerajaan-kerajaan bergoncang, yang telah membuat dunia seperti padang gurun, dan menghancurkan kota-kotanya, yang tidak melepaskan orang-orangnya yang terkurung pulang ke rumah? (Yesaya 14:9-17, tambahkan penekanan).

Ayat-ayat Alkitab di atas dan ayat-ayat lain seperti itu meyakinkan kita bahwa Sheol sudah menjadi dan masih menjadi tempat siksaan di mana orang-orang tidak benar dikurung setelah mereka mati. Dan masih ada bukti lagi.

Hades (Hades)

Hades, kata bahasa Gerika dalam Perjanjian Baru, mengacu pada tempat yang sama dengan kata bahasa Ibrani dalam Perjanjian Lama, Sheol. Untuk bukti hal ini, kita bandingkan Mazmur 16:10 dengan Kisah Para Rasul 2:27, berikut ini:

Sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati [Sheol], dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. (Mazmur 16:10, tambahkan penekanan).

Sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati [Hades], dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. (Kisah Para Rasul 2:27, tambahkan penekanan).

Dengan demikian, dalam sepuluh contoh di mana kata Hades disebutkan dalam Perjanjian Baru, kata itu selalu dibicarakan dalam arti negatif dan sering disebut sebagai tempat penyiksaan orang-orang jahat yang dikurung setelah mati (lihat Matius 11:23; 16:18; Lukas 10:15; 16:23; Kisah Para Rasul 2:27; 2:31; Wahyu 1:18; 6:8; 20:13-14). Semua hal di atas menunjukkan bahwa Sheol/Hades dulu dan sekarang adalah tempat bagi orang-orang tidak benar setelah mereka mati, satu tempat penyikasaan.

[1]

 

Apakah Yesus Pergi ke Sheol/Hades? (Did Jesus Go to Sheol/Hades?)

Selanjutnya perhatikan Mazmur 16:10 dan kutipan Petrus dalam Kisah Para Rasul 2:27, dua ayat yang menunjukkan bahwa Sheol dan Hades adalah tempat yang sama. Menurut khotbah Petrus di hari Pentakosta, Daud tidak berbicara tentang dirinya dalam Mazmur 16:10, tetapi secara profetik ia berbicara tentang Kristus, karena tubuh Daud, tidak seperti tubuh Kristus, mengalami kehancuran (lihat Act 2:29-31). Maka, kita sadari bahwa sebenarnya Yesus sedang berbicara kepada Bapanya dalam Mazmur16:10, yang menyatakan keyakinanNya bahwa Bapanya tidak akan meninggalkan jiwaNya menuju Sheol atau mengizinkan tubuhNya mengalami kehancuran.

Sebagian orang menafsirkan pernyataan Yesus itu sebagai bukti bahwa jiwaNya menuju ke Sheol/Hades selama tiga hari antara kematianNya dan kebangkitanNya. Tetapi, bukan itu yang dimaksudkan. Pastikan apa yang Yesus katakan kepada BapaNya:

Sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati [Sheol], dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. (Mazmur 16:10).

Yesus tidak berkata kepada BapaNya, “Saya tahu bahwa jiwaku akan pergi beberapa hari di Sheol/Hades, tetapi saya percaya Engkau tidak akan meninggalkanKu di sana.” Sebaliknya Ia berkata, “Saya percaya bahwa ketika saya mati saya tidak akan diperlakukan seperti orang tidak benar, jiwaku ditinggalkan di Sheol/Hades. Saya tidak akan berada di Sheol semenitpun. Tidak, saya percaya Engkau berencana membangkitkanKu tiga hari lagi, dan Engkau tidak akan izinkan tubuhKu membusuk.”

Penafsiran itu tentu mendapat dukungan. Ketika Yesus berkata, “Engkau tidak … membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan”, kita tidak tafsirkan bahwa tubuh Yesus berangsur-angsur membusuk selama tiga hari sampai dipulihkan di saat Ia bangkit. Sebaliknya, kita tafsirkan dengan arti bahwa tubuhNya tak pernah membusuk sedikitpun dalam cara apapun sejak kematianNya sampai kebangkitanNya.

Demikian juga, pernyataanNya bahwa jiwaNya tidak akan diserahkan ke Sheol/Hades tak perlu ditafsirkan bahwa Ia ditinggalkan di Sheol/Hades selama beberapa hari tetapi akhirnya tidak ditinggalkan di tempat itu.

[2]

Sebaliknya, kita tafsirkan bahwa jiwaNya tidak diperlakukan seperti jiwa orang tidak benar yang akan ditinggalkan di Sheol/Hades. JiwaNya tak pernah ada semenitpun di Sheol/Hades. Perhatikan juga, Yesus berkata, “Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati [Sheol]”, bukan, “Engkau tidak menyerahkan aku di dalam dunia orang mati [Sheol].”

Di Mana Jiwa Yesus Selama Tiga Hari? (Where Was Yesus’ Soul During the Three Days?)

Ingatlah, Yesus berkata kepada murid-muridNya bahwa Ia berada tiga hari tiga malam di dalam perut bumi (lihat Matius 12:40). Tampaknya hal tersebut menjadi acuan kepada keberadaan tubuhNya dalam kuburan selama tiga hari, karena kuburan hampir tidak dianggap berada di “tengah-tengah bumi.” Sebaliknya, Yesus pasti sedang berbicara tentang roh/jiwaNya yang ada di dalam bumi. Karena itu dapat disimpulkan bahwa roh/jiwaNya tidak berada di sorga antara kematian dan kebangkitanNya. Yesus menegaskan hal itu saat Ia bangkit ketika Ia berkata kepada Maria bahwa Ia belum naik kepada BapaNya (lihat Yohanes 20:17).

Mengingat bahwa Yesus juga berkata kepada pencuri yang bertobat saat tergantung di salib bahwa ia akan bersama denganNya pada hari itu juga di dalam Firdaus (lihat Lukas 23:43). Dengan semua faktor itu, kita tahu bahwa roh/jiwa Yesus berada tiga hari dan tiga malam di dalam perut bumi. Sedikitnya sebagian waktu Ia ada di tempat yang Ia sebut “Firdaus”, yang bukan kata sinonim dengan tempat siksaan yang disebut Sheol/Hades!

Dengan begitu, saya pikir harus ada tempat di dalam perut bumi selain Sheol/Hades, yakni tempat yang disebut Firdaus. Ide tersebut tentu didukung oleh kisah yang pernah Yesus ceritakan mengenai dua orang yang mati, satu orang tidak benar dan satu orang benar, yakni orang kaya dan Lazarus. Kita baca kisahnya berikut:

“Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut [Hades] ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. (Lukas 16:19-26, tambahkan penekanan).

Tentu saja, Lazarus dan orang kaya tidak dalam tubuh mereka yang sebenarnya ketika mereka mati, tetapi keduanya pergi ke tempat masing-masing dalam wujud roh/jiwa.

Di mana Lazarus? (Where Was Lazarus?)

Perhatikan bahwa orang kaya berada di alam maut [Hades], tetapi ia dapat melihat Lazarus di tempat lain bersama Abraham. Ternyata, Lazarus disebutkan berada di atas “pangkuan Abraham”, bukan nama tempat tetapi mungkin acuan kepada kesenangan yang Lazarus dapatkan dari Abraham ketika ia tiba di tempat itu.

Berapa jarak antara orang kaya dan Lazarus setelah mereka mati?

Alkitab berkata bahwa orang kaya itu melihat Lazarus “berada jauh”, dan kita tahu bahwa ada “jarak pemisah yang ditetapkan” di antara mereka. Sehingga jarak antara mereka menjadi satu spekulasi. Tetapi, wajar saja bila kita simpulkan bahwa jarak antara mereka tak begitu jauh, seperti jarak antara bagian dalam bumi dan sorga. Jika tidak, mustahillah bagi orang kaya untuk sanggup melihat Lazarus (di luar bantuan ilahi), dan hampir tak perlu ada sebutan atau bahkan ada “jarak pemisah yang ditetapkan” di antara dua tempat khusus agar tak seorangpun dapat menyeberang dari satu tempat ke tempat lain. Lagipula, orang kaya “berseru-seru” kepada Abraham dan Abraham menyahuti seruan orang itu. Sehingga, kita jadi berpikir, mereka agak saling dekat ketika mereka berbicara melintasi “jarak pemisah” itu.

Semua itu memberi keyakinan bahwa Lazarus tak berada di sorga, tetapi sebaliknya di bagian terpisah di dalam bumi.

[3]

Pasti tempat itu adalah Firdaus, sesuai sebutan Yesus kepada pencuri yang bertobat di kayu salib. Tentu, setelah kematian orang-orang benar di zaman Perjanjian Lama mereka menuju Firdaus itu yang di dalam bumi. Itulah tempatnya Lazarus, Yesus dan pencuri yang disalib di saat mereka mati.

Tampaknya, itu juga tempat di mana nabi Samuel pergi setelah ia mati. Kita baca dalam 1 Samuel 28 bahwa ketika Allah izinkan roh nabi Samuel yang sudah mati muncul dan berbicara secara profetik kepada Saul, medium En-dor menggambarkan Samuel sebagai “sesuatu yang ilahi muncul dari dalam bumi (1 Samuel 28:13, tambahkan penekanan). Samuel sendiri berkata kepada Saul, “Mengapa engkau mengganggu aku dengan memanggil aku muncul?” (1 Samuel 28:15, tambahkan penekanan). Tampaknya, roh/jiwa Samuel telah berada di Firdaus dalam bumi.

Alkitab tampak mendukung fakta bahwa ketika Kristus bangkit, Firdaus dikosongkan, dan orang-orang benar yang mati selama masa Perjanjian Lama dibawa ke sorga bersama Yesus. Alkitab berkata bahwa ketika Yesus naik ke sorga dari bagian bawah bumi, “Ia membawa tawanan-tawanan” (Efesus 4:8-9; Mazmur 68:18). Saya berpendapat bahwa tawanan-tawanan itu sebagai orang-orang di dalam Firdaus. Yesus tentu tidak membebaskan orang-orang dari Sheol/Hades!

[4]

 

Yesus Berkhotbah kepada Roh-Roh yang Terpenjara (Jesus Preached to Spirits in Prison)

Alkitab juga berkata bahwa Yesus menginjili roh-roh manusia yang terlepas dari tubuh mereka, di satu waktu antara saat kematian dan saat kebangkitanNya. Kita baca 1 Petrus 3:

Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaanNya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu. (1 Petrus 3:18-20).

Perikop dalam Alkitab itu tentu menimbulkan pertanyaan yang tak dapat saya jawab. Mengapa Yesus secara khusus menginjili sejumlah orang yang tidak taat yang mati waktu air bah Nuh? Apakah yang dikatakanNya kepada mereka? Bagaimanapun juga, ayat Alkitab itu mendukung fakta bahwa Yesus tidak seluruhnya berada selama tiga hari dan tiga malam sejak kematianNya sampai kebangkitanNya di dalam Firdaus.

Gehenna (Gehenna)

Kini, ketika tubuh-tubuh orang yang benar mati, roh-roh/jiwa-jiwa mereka segera pergi ke sorga (lihat 2 Korintus 5:6-8; Filipi 1:21-23; 1 Tesalonika 4:14).

Orang-orang yang tidak benar menuju ke Sheol/Hades di mana mereka disiksa dan menantikan kebangkitan tubuh mereka, penghakiman terakhir mereka, dan pembuangan mereka ke dalam “lautan api,” suatu tempat yang berbeda dan terpisah dari Sheol/Hades.

Lautan api digambarkan dengan kata ketiga yang kadang diterjemahkan sebagai neraka, kata bahasa Gerika Gehenna. Kata itu berasal dari nama tempat pembuangan sampah di luar kota Yerusalem di lembah Hinnom, setumpuk sampah busuk yang dikerumuni cacing-cacing dan ulat-ulat, dan bagian yang terus-menerus berasap dan terbakar api.

Ketika berbicara tentang Gehenna, Yesus mengacu pada tempat di mana orang-orang akan dilemparkan dalam bentuk tubuh. Misalnya, Ia berkata dalam Injil Matius:

Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka [Gehenna]….. Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka [Gehenna]. (Matius 5:30, 10:28, tambahkan penekanan).

Gehenna dan Hades bukanlah tempat yang sama karena Alkitab berkata bahwa orang-orang tidak benar dikirim ke Hades dalam wujud roh-roh/jiwa-jiwa yang telah dipisahkan dari tubuh. Setelah pemerintahan seribu tahun oleh Kristus ketika tubuh-tubuh orang-orang yang tidak benar akan dibangkitkan kembali dan menghadapi penghakiman di hadapan Allah, mereka kelak akan dilempar ke dalam lautan api atau Gehenna (lihat Wahyu 20:5, 11-15). Dan lagi, suatu hari Hades sendiri akan dilempar masuk ke lautan api itu (lihat Wahyu 20:14), jadi Hades pastilah tempat yang berbeda dari lautan api.

Tartaros (Tartaros)

Kata keempat yang sering diterjemahkan sebagai neraka dalam Alkitab adalah kata bahasa Gerika tartaros. Kata ini hanya sekali disebut dalam Perjanjian Baru:

Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka [tartaros] sehingga menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman. (2 Petrus 2:4).

Tartaros dianggap sebagai penjara khusus bagi malaikat tertentu yang berdosa; maka, tempat itu bukanlah Sheol/Hades atau Gehenna. Yudas juga menulis tentang para malaikat yang tengah ditahan di tempat itu:

Dan bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar (Yudas 1:6).

Kengerian Neraka (The Horrors of Hell)

Ketika orang yang tidak bertobat mati, ia tidak diberi kesempatan lagi untuk bertobat. Nasibnya sudah disegel. Alkitab berkata, “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,” (Ibrani 9:27).

Neraka adalah tempat kekal, dan orang-orang yang terkurung di sana tak punya harapan untuk bebas. Sambil berbicara tentang hukuman kelak bagi orang-orang yang tidak benar, Yesus berkata, “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.” (Matius 25:46, tambahkan penekanan). Hukuman bagi orang-orang tidak benar di neraka adalah sama kekalnya dengan kehidupan kekal bagi orang-orang benar.

Demikian juga, Paulus menuliskan:

Sebab memang adil bagi Allah untuk membalaskan penindasan kepada mereka yang menindas kamu …., pada waktu Tuhan Yesus dari dalam sorga menyatakan diriNya bersama-sama dengan malaikat-malaikatNya, dalam kuasaNya, di dalam api yang bernyala-nyala, dan mengadakan pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita. Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya, (2 Tesalonika 1:6-9, tambahkan penekanan).

Neraka adalah tempat penderitaan yang tak terperikan karena hukumannya tidak akan pernah berakhir. Dengan terkurung di sana selamanya, orang-orang tidak benar akan menanggung kesalahan dan penderitaan kekal sebagai amarah Allah di dalam lautan api yang tak kunjung padam.

Yesus menggambarkan neraka sebagai tempat “kegelapan yang paling gelap”, di sanalah akan terdapat “ratap dan kertak gigi”, ”dan suatu tempat“ di mana ulat-ulat tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam” (Matius 22:13; Markus 9:44). Oh, betapa kita perlu ingatkan orang-orang akan tempat itu dan berkata kepada mereka tentang keselamatan yang diberikan hanya di dalam Kristus!

Satu denominasi tertentu mengajarkan konsep tempat penyucian, tempat di mana orang-orang percaya akan menderita selama waktu untuk penyucian atas dosa-dosa mereka, sehingga dijadikan layak untuk masuk sorga. Tetapi ide itu tidak diajarkan dalam Alkitab.

Orang Benar Setelah Mati (The Righteous After Death)

Ketika orang percaya meninggal, rohnya segera pergi ke sorga untuk bersama dengan Tuhan. Paulus memperjelas fakta ini ketika ia menulis tentang kematiannya sendiri:

Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus–itu memang jauh lebih baik; (Filipi 1:21-23, tambahkan penekanan).

Perhatikan perkataan Paulus bahwa ia ingin pergi dan jika ia pergi, ia akan bersama-sama dengan Kristus. Rohnya tidak pergi dalam keadaan tidak sadar, sambil menunggu kebangkitan (seperti anggapan beberapa orang).

Perhatikan juga perkataan Paulus bahwa baginya, mati adalah keuntungan. Hal itu hanya nyata jika ia pergi ke sorga ketika ia mati. Paulus juga menyatakan dalam surat keduanya kepada jemaat di Korintus bahwa bila roh orang percaya meninggalkan tubuhnya, ia kemudian “tinggal menetap bersama Tuhan”:

Maka oleh karena itu hati kami senantiasa tabah, meskipun kami sadar, bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan, —- dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan. (2 Korintus 5:6-8).

Dengan tambahan dukungan, Paulus juga menuliskan:

Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama denganNya. (1 Tesalonika 4:13-14).

Jika pada saat Yesus kembali dari sorga bersama Allah, Ia akan membawa “orang-orang yang telah meninggal”, maka mereka pasti berada di sorga bersamaNya sekarang.

Sorga yang Terlihat Sebelumnya (Heaven Foreseen)

Bagaimana rupa sorga itu? Dalam benak kita yang terbatas, kita tak pernah dapat memahami sepenuhnya semua kemuliaan yang menunggu kita di dorga dan Alkitab hanya memberi satu kilasan. Fakta yang paling menyenangkan tentang sorga untuk orang-orang percaya adalah kita akan bertemu berhadap-hadapan dengan Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita, dan Allah Bapa kita. Kita akan tinggal di “rumah Bapa”:

Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. (Yohanes 14:2-3).

Ketika sampai ke sorga, kita akan mengerti banyak misteri yang kini tak dapat dipahami oleh pikiran kita. Paulus menulis,

Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal. (1 Korintus 13:12).

Kitab Wahyu memberi gambaran terbaik mengenai rupa sorga itu. Dengan gambaran sebagai tempat kegiatan yang besar, keindahan tiada tara, berbagai hal yang tak terbatas, dan sukacita yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata, sorga tidak akan menjadi tempat bagi orang-orang yang hanya duduk di awan dan memetik harpa sepanjang hari!

Yohanes, yang pernah diberi penglihatan tentang sorga, pertama-tama memperhatikan takhta Allah, pusat dari alam semesta:

Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang. Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya. Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka. Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah. Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; di tengah-tengah takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang. Adapun makhluk yang pertama sama seperti singa, dan makhluk yang kedua sama seperti anak lembu, dan makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, dan makhluk yang keempat sama seperti burung nasar yang sedang terbang. Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang.” Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya, maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata: “Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.” (Wahyu 4:2-11).

Yohanes secara umum benar-benar menggambarkan sebaik mungkin hal-hal yang tak dapat dibandingkan dengan apapun yang ada di bumi. Jelas, tak ada cara kita memahami segala sesuatu yang dilihatnya sampai kita melihatnya sendiri. Tentunya gambaran itu memberi bacaan yang memberikan ilham.

Perikop-perikop yang paling memberikan ilham tentang sorga ada dalam Wahyu pasal 21 dan pasal 22, di mana Yohanes menggambarkan Yerusalem Baru, yang kini ada di sorga namun tidak akan turun ke bumi setelah seribu tahun pemerintahan Kristus:

Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah. Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal. Dan temboknya besar lagi tinggi dan pintu gerbangnya dua belas buah; dan di atas pintu-pintu gerbang itu ada dua belas malaikat dan di atasnya tertulis nama kedua belas suku Israel. Di sebelah timur terdapat tiga pintu gerbang dan di sebelah utara tiga pintu gerbang dan di sebelah selatan tiga pintu gerbang dan di sebelah barat tiga pintu gerbang. Dan tembok kota itu mempunyai dua belas batu dasar dan di atasnya tertulis kedua belas nama kedua belas rasul Anak Domba itu. Dan ia, yang berkata-kata dengan aku, mempunyai suatu tongkat pengukur dari emas untuk mengukur kota itu serta pintu-pintu gerbangnya dan temboknya. Kota itu bentuknya empat persegi, panjangnya sama dengan lebarnya. Dan ia mengukur kota itu dengan tongkat itu: dua belas ribu stadia; panjangnya dan lebarnya dan tingginya sama. Lalu ia mengukur temboknya: seratus empat puluh empat hasta, menurut ukuran manusia, yang adalah juga ukuran malaikat. Tembok itu terbuat dari permata yaspis; dan kota itu sendiri dari emas tulen, bagaikan kaca murni. Dan dasar-dasar tembok kota itu dihiasi dengan segala jenis permata. Dasar yang pertama batu yaspis, dasar yang kedua batu nilam, dasar yang ketiga batu mirah, dasar yang keempat batu zamrud, dasar yang kelima batu unam, dasar yang keenam batu sardis, dasar yang ketujuh batu ratna cempaka, yang kedelapan batu beril, yang kesembilan batu krisolit, yang kesepuluh batu krisopras, yang kesebelas batu lazuardi dan yang kedua belas batu kecubung. Dan kedua belas pintu gerbang itu adalah dua belas mutiara: setiap pintu gerbang ter diri dari satu mutiara dan jalan-jalan kota itu dari emas murni bagaikan kaca bening. Dan aku tidak melihat Bait Suci di dalam nya; sebab Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, adalah Bait Sucinya, demikian juga Anak Domba itu. Dan kota itu tidak memerlukan matahari dan bulan untuk menyinarinya, sebab kemuliaan Allah meneranginya dan Anak Domba itu adalah lampunya. Dan bangsa-bangsa akan berjalan di dalam cahayanya dan raja-raja di bumi membawa kekayaan mereka kepadanya; dan pintu-pintu gerbangnya tidak akan ditutup pada siang hari, sebab malam tidak akan ada lagi di sana; dan kekayaan dan hormat bangsa-bangsa akan dibawa kepadanya. Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu. …… Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu. Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa. Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hambaNya akan beribadah kepada-Nya, dan mereka akan melihat wajah-Nya, dan namaNya akan tertulis di dahi mereka. Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.” (Wahyu 21:10-22:5).

Setiap pengikut Yesus bisa menantikan semua peristiwa ajaib itu, selama imannya tetap teguh. Tak heran, selama beberapa hari pertama di sorga, kita akan terus berucap, “Oh!

Jadi, itulah peristiwa yang hendak digambarkan oleh Yohanes dalam kitab Wahyu!”

 


[1]

Beberapa orang mencoba menunukkan kejadian melalui beberapa ayat seperti Kejadian 37:35, Ayub 14:13, Mazmur 89:48, Pengkhotbah 9:10 dan Yesaya 38:9-10, bahwa Sheol adalah tempat di mana orang-orang benar juga berada setelah mereka mati. Bukti Alkitab untuk ide itu tidak sangat meyakinkan. Jika Sheol adalah tempat di mana orang-orang benar dan tidak benar berada setalh mereka mati, maka Sheol terdiri dari dua bagian terpisah, satu bagian neraka dan satu bagian firdaus, yang biasanya diperdebatkan oleh para pendukung ide tersebut.

[2]

Mereka yang sepakat dengan penafsiran tertentu harus sependapat dengan satu dari dua teori lains. Satu teori adalah bahwa Sheol/Hades adalah nama untuk tempat setelah matinya orang-orang yang tidak benar dan yang benar yang dibagi menjadi dua bagian, tempat penyiksaan dan tempat firdaus di mana Yesus pergi. Teori lain adalah bahwa Yesus menahan siksaan jahanam selama tiga hari dan tiga malam dalam api Sheol/Hades ketika Ia menanggung derita sepenuhnya hukuman dosa sebagai ganti kita. Kedua teori itu sulit dibuktikan dari Alkitab, dan tak satupun diperlukan jika Yesus tak pernah melewatkan waktu di Sheol/Hades. Itulah arti sebenarnya pernyataanNya. Mengenai teori kedua, Yesus tidak menderita siksaan jahanam selama tiga hari tiga malam antara kematian dan kebangkitanNya, karena penebusan kita telah lunas dibayar melalui penderitaanNya di kayu salib (lihat Kolose 1:22), bukan melalui dugaan penderitaan di Sheol/Hades.

[3]

Perhatikan juga bahwa walapun tubuh Lazarus dan tubuh si orang kaya saling terpisah, keduanya dalam keadaan sadar dan memiliki semua kemampuan seperti melihat, menyentuh dan mendengar. Keduanya dapat merasakan sakit dan senang dan mengingat pengalaman masa lalu. Hal itu tidak mendukung teori “jiwa tidur”, yakni ide bahwa orang-orang memasuki keadaan tak sadar ketika mereka mati, sambil menunggu waktu untuk mendapatkan kesadaran pada saat kebangkitan tubuh mereka.

[4]

Sebagian orang menganggap, dan mungkin benar, bahwa tawanan-tawanan yang disebutkan dalam Efesus 4:8-9 adalah kita semua di mana yang adalah tawanan-tawanan dosa, yang kini dibebaskan melalui kebangkitan Kristus.