Bab Enam (Chapter Six)

Pelayanan Pengajaran (The Ministry of Teaching)

Dalam bab ini, kita akan bahas banyak aspek pelayanan mengajar. Mengajar adalah tanggung-jawab rasul, nabi, penginjil,[1]

pendeta/penatua/penilik, guru (sudah tentu), dan juga semua pengikut Kristus, karena kita semua perlu melakukan pemuridan, mengajar murid-murid kita untuk menaati semua perintah Kristus.[2]

 

Seperti saya tekankan sebelumnnya, pendeta atau pelayan pemuridan mengajar pertama melalui teladan, dan kedua, secara verbal. Ia mengkhotbahkan apa yang dipraktekannya. Rasul Paulus, pemurid yang sangat berhasil, menulis:

Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus. (1 Korintus 11:1)

Itulah yang harus menjadi tujuan setiap pelayan —untuk sanggup berkata jujur kepada orang yang dipimpinnya, “Bertindaklah sepertiku. Bila engkau ingin tahu bagaimana seorang pengikut Kristus menjalani hidupnya, perhatikanlah aku.”

Bila dibandingkan, saya ingat ketika berkata kepada bekas jemaat yang saya layani, “Jangan ikuti saya … ikuti Kristus!” Walaupun hal itu tak terjadi pada saya saat itu, saya bukan orang baik untuk diteladani. Nyatanya, saya memang tidak mengikuti Kristus sebagaimana seharusnya, lalu saya berkata kepada siapa saja untuk melakukan apa yang tidak saya lakukan! Betapa berbedanya dari perkataan Paulus. Sebenarnya, bila kita tak dapat berkata pada orang untuk meneladani kita karena kita meneladani Kristus, kita tak boleh melayani, karena orang menjadikan pelayan sebagai teladannya. Gereja adalah cermin dari pemimpinnya.

Mengajarkan Persatuan dengan Teladan (Teaching Unity by Example)

Mari kita terapkan konsep itu kepada pengajaran dengan teladan untuk mengajarkan persatuan. Semua pendeta/penatua/penilik ingin agar umat yang dipimpinnya untuk bersatu. Mereka benci perpecahan di gereja lokal; mereka tahu perpecahan sangat dibenci di hadapan Tuhan. Yang terutama, Yesus memerintahkan kita untuk saling mengasihi seperti Ia mengasihi kita (lihat Yohanes 13:34-35). Tindakan saling mengasihi menandakan kita sebagai murid-muridNya bagi dunia yang melihat kita. Sehingga, sebagian besar pemimpin kawanan domba menegur domba-dombanya untuk saling mengasihi dan mempertahankan persatuan.

Namun, karena pelayan harus mengajar terutama melalui teladan kita, kita sering tak memiliki apa-apa dalam pengajaran tentang kasih dan persatuan dengan cara hidup kita. Misalnya, ketika kita kurang menunjukkan kasih dan persatuan dengan pendeta lain, kita sebenarnya memberi pesan yang tak sesuai dengan khotbah kita kepada jemaat. Kita berharap jemaat melakukan apa yang tidak kita lakukan.

Faktanya, kata-kata yang paling berarti yang Yesus gunakan berkenaan dengan persatuan ditujukan kepada para pemimpin yang berkaitan dengan hubungan mereka dengan pemimpin lain. Misalnya, pada Perjamuan Terakhir, setelah mencuci kaki murid-muridNya, Yesus berkata kepada mereka,

Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. (Yohanes 13:13-15). [Perhatikan, Yesus mengajar melalui teladan].

Para pendeta sering memakai perikop Alkitab itu untuk mengajar jemaatnya untuk saling mengasihi, yang pantas dilakukan. Tetapi, kata-kata di dalam perikop itu ditujukan kepada para pemimpin, yakni kedua-belas rasul. Yesus tahu bahwa gerejaNya nanti hanya punya harapan kecil untuk berhasil dalam misinya bila para pemimpin terpisah-pisah atau saling bersaing. Sehingga Ia menegaskan bahwa Ia mengharapkan para pemimpinNya untuk saling melayani dengan lemah lembut.

Dalam konteks budaya di zamanNya, Yesus menunjukkan pelayanan yang lemah-lembut dengan melakukan tugas seorang hamba di rumah, yakni mencuci kaki. Seandainya Ia mengunjungi budaya yang berbeda pada waktu yang berbeda dalam sejarah, mungkin saja Ia telah menggali lubang jamban atau mencuci tempat sampah di rumah murid-muridNya. Ada berapa banyak pemimpinNya sekarang ini yang bersedia saling menunjukkan kasih dan kelemahlembutan seperti itu?

Dalam waktu kurang dari satu jam, Yesus bekali-kali menekankan pesan penting ini. Beberapa menit setelah mencuci kaki murid-muridNya, Yesus berkata kepada kelompok calon pemimpin gerejaNya di masa depan:

Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” (Yohanes 13:34-35).

Kata-kata itu tentu berlaku bagi semua murid Kristus, namun kata-kata itu awalnya diucapkan kepada pemimpin terkait dengan hubungan mereka dengan pemimpin lainnya.

Sekali lagi, beberapa menit kemudian, Yesus berkata,

Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. (Yohanes 15:12-13).

Ketahuilah bahwa Yesus lagi-lagi berbicara kepada para pemimpin.

Dalam beberapa detik, Ia kemudian berkata,

Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain. (Yohanes 15:17).

Beberapa menit kemudian, murid-murid Yesus mendengarNya berdoa untuk mereka,

Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. (Yohanes 17:11, tambahkan penekanan).

Dan, beberapa detik kemudian, ketika Yesus melanjutkan doaNya, murid-muridNya mendengarkan Ia berkata,

Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. (Yohanes 17:20-23, tambahkan penekanan).

Jadi, dalam waktu kurang dari satu jam, enam kali Yesus menegaskan, kepada para pemimpin masa depan yang dipilihNya, mengenai pentingnya persatuan dan menunjukkan kesatuan dengan saling mengasihi dan melayani dengan rendah hati. Bagi Yesus, itu sangat penting. Persatuan mereka adalah faktor penting di dunia yang percaya kepadaNya.

Sebaik Apa Hal Yang Sedang Kita Lakukan? (How Well Are We Doing?)

Sayangnya, selagi kita berharap domba-domba untuk bersatu dengan kasih, kebanyakan kita saling bersaing dan memakai cara-cara tidak etis untuk membangun gereja dengan mengorbankan gereja-gereja lain. Kita menghindari persekutuan dengan pendeta-pendeta lain yang doktrinnya berbeda. Kita bahkan tak mau bersatu dengan menempel papan nama di depan gereja kita agar dilihat oleh seluruh dunia, dengan pesan kepada semua orang: “Kami tidak seperti orang-orang Kristen lain di gedung-gedung gereja lain.” (Dan kami telah bertugas mendidik dunia dalam hal kurangnya persatuan, ketika sebagian besar orang yang tak percaya tahu bahwa Kekristenan adalah lembaga yang terpecah-pecah).

Pendek kata, kita tak mempraktekkan sesuai khotbah kita, dan teladan kita mengajarkan jemaat lebih dari khotbah kita tentang persatuan. Kita bodoh bila berpikir bahwa rata-rata orang Kristen akan bersatu dan saling mengasihi saat pemimpin mereka berperilaku beda.

Solusi terbaik adalah pertobatan. Kita harus bertobat dari menjadi teladan yang keliru di hadapan orang-orang percaya dan orang-orang dunia. Kita harus mengenyahkan setiap penghalang yang memisahkan kita dan mulai saling mengasihi sesuai perintah Yesus.

Itu berarti kita harus lebih dulu bertemu dengan pendeta-pendeta lain dan para pelayan, termasuk pendeta yang memiliki sudut-pandang doktrin berbeda. Saya tak berbicara tentang persekutuan dengan pendeta-pendeta yang tidak lahir baru, yang tak berusaha menaati Yesus, atau yang melayani untuk keuntungan pribadi. Merekalah serigala berbulu domba; Yesus berkata bahwa cara mengenali mereka adalah dari buah-buahnya.

Tetapi, saya berbicara tentang para pendeta dan pelayan –saudara-saudara sejati dalam Kristus– yang berusaha menaati setiap perintah Yesus. Bila anda seorang pendeta, anda harus sungguh-sungguh mengasihi pendeta-pendeta lain, dengan melakukan kasih di depan jemaatmu. Cara memulainya adalah mendatangai pendeta-pendeta lain di wilayah anda dan meminta maaf karena tak mengasihi mereka sebagaimana seharusnya. Tindakan ini akan meruntuhkan tembok-tembok pemisah. Lalu, buat komitmen untuk membuat persekutuan rutin dengan makan bersama, memberi dorongan dan saling menegur dan mendoakan. Ketika itu terjadi, anda akhirnya dengan penuh kasih dapat membicarakan doktrin-doktrin yang cenderung memisahkan anda, sambil mengusahakan persatuan, apakah akhirnya anda sepakat atau tidak, mengenai segala hal yang anda diskusikan. Kehidupan dan pelayanan saya banyak diperkaya ketika akhirnya saya mau mendengarkan pelayan yang doktrinnya lain dengan doktrin yang saya yakini. Saya banyak kehilangan berkat selama bertahun-tahun karena saya berhenti mengalir.

Anda dapat tunjukkan kasih dan persatuan dengan mengundang pendeta-pendeta lain untuk berkhotbah di gereja anda atau persekutuan gereja rumah, atau gereja anda melakukan persekutuan gabungan dengan gereja-gereja lain atau gereja-gereja rumah.

Anda dapat mengubah nama gereja anda agar dunia tidak melihat perpecahan anda dengan gereja-gereja lain. Anda bisa turunkan nama denominasi atau perkumpulan anda dan memihak tubuh Kristus, dengan memberi pesan kepada setiap orang bahwa anda percaya Yesus tengah membangun hanya satu gereja, bukan banyak gereja berbeda yang tak dapat saling hidup berdampingan.

Saya tahu hal tersebut tampak radikal. Tetapi, mengapa melakukan satu hal untuk mempertahankan hal yang tak pernah Yesus mau? Mengapa terlibat dalam hal yang tak berkenan kepadaNya? Tidak ada denominasi atau perkumpulan khusus yang disebutkan dalam Alkitab. Ketika jemaat Korintus berpisah menurut guru-guru favorit mereka, Paulus tegas menegur mereka, dengan berkata bahwa pemisahan mereka menunjukkan keinginan daging dan kerohanian mereka yang belum dewasa (lihat 1 Korintus 3:1-7). Apakah pemisahan yang kita buat mencerminkan ada hal yang kurang?

Kita harus hindari tindakan yang membuat kita saling terpisah. Gereja-gereja rumah tak perlu memberi nama gereja bagi mereka sendiri atau tak perlu bergabung dengan asosiasi apapun yang punya nama. Dalam Alkitab, tiap jemaat dikenali dengan rumah tempat pertemuan. Kelompok jemaat hanya dikenali dari nama kota di mana mereka tinggal. Mereka semua menganggap diri sebagai bagian dari satu gereja, yakni tubuh Kristus.

Hanya ada satu Raja dan satu kerajaan. Siapapun yang berpura-pura sehingga orang-orang percaya atau gereja-gereja mengenalinya sedang membangun kerajaannya sendiri di dalam Kerajaan Allah. Ia lebih baik siap-siap berdiri di hadapan Raja yang berkata, “Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain!” (Yesaya 48:11).

Dengan kata lain, pelayan harus menunjukkan teladan yang benar dalam ketaatan kepada Kristus di depan setiap orang, karena orang-orang akan meneladaninya. Teladan yang ia tunjukkan kepada orang lain adalah cara pengajaran yang paling berpengaruh. Ketika Paulus mengirim surat kepada jemaat di Filipi:

Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu. (Filipi 3:17, tambahkan penekanan).

Hal yang Harus Diajarkan (What to Teach)

Seperti Paulus, pelayan pemuridan juga mempunyai tujuan, yakni “untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.” (Kolose 1:28b). Jadi pelayan, juga Paulus, “menasihati tiap-tiap orang dan mengajari mereka dalam segala hikmat” (Kolose 1:28a, tambahkan penekanan). Perlu dicatat, Paulus tidak mengajar hanya untuk mendidik atau menghibur orang.

Pelayan pemuridan dapat berkata bersama Paulus, “Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas” (1 Timotius 1:5). Yakni, ia ingin menunjukkan keserupaan sejati dengan Kristus dan kesucian dalam kehidupan orang-orang yang dilayaninya, sebagai alasan ia mengajar orang-orang percaya untuk menaati semua perintah Kristus. Ia mengajar kebenaran, dan mengingatkan pendengarnya untuk “berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.“ (Ibrani 12:14).

Pelayan pemuridan tahu bahwa Yesus memerintahkan murid-muridNya untuk mengajar murid-murid mereka untuk menaati semua, bukan sebagian, perintahNya (lihat Matius 28:19-20). Ia harus yakin untuk tidak lalai mengajarkan setiap perintah Kristus, sehingga ia terus mengajarkan ayat demi ayat dalam Injil dan berbagai suratan. Di sinilah perintah-perintah Yesus dicatat dan diberi penekanan kembali.

Jenis pengajaran melalui pemaparan itu juga menjamin bahwa petunjuknya akan tetap seimbang. Ketika mengajarkan pesan-pesan berdasarkan topik, kita cenderung terfokus pada topik-topik yang populer bagi manusia dan mungkin saja tak peduli pada hal-hal yang tidak populer. Tetapi, guru yang mengajar ayat demi ayat tidak hanya akan mengajar tentang kasih Allah, namun juga tentang disiplin dan murkaNya. Ia akan mengajar tentang berkat-berkat dalam menjadi orang Kristen, juga tentang tanggung-jawab. Kecil kemungkinan ia menguasai tema-tema minor, yang mengutamakan hal yang kurang penting dan meninggalkan hal yang sangat penting. (Menurut Yesus, inilah kekeliruan orang-orang Farisi; lihat Matius 23:23-24).

Mengatasi Ketakutan akan Pengajaran Ekspositoris (Overcoming Fears of Expository Teaching)

Banyak pendeta takut mengajar Alkitab ayat demi ayat karena ada banyak ayat yang mereka tak mengerti, dan mereka tak ingin jemaat tahu banyak hal yang mereka tak tahu! Sudah tentu membanggakan. Tak seorangpun di atas bumi memahami setiap hal dalam Alkitab dengan sempurna. Bahkan Petrus berkata bahwa sebagian hal yang Paulus tuliskan sulit untuk dimengerti (lihat 2 Petrus 3:16).

Ketika seorang pendeta yang mengajarkan ayat-demi-ayat tiba pada satu ayat atau perikop yang tak dipahaminya, ia harus berkata kepada jemaatnya bahwa ia tak mengerti bagian berikutnya dan melewatkannya. Ia dapat juga meminta jemaatnya untuk berdoa agar Roh Kudus membantunya untuk memahami. Kelemah-lembutannya akan menampakkan teladan baik di hadapan jemaatnya, sikapnya itu sendiri menjadi khotbah.

Pendeta/penatua/penilik gereja rumah mendapat manfaat tambahan dalam mengajari kelompok kecil dalam situasi yang rileks, karena selama ia mengajar, pertanyaan dapat dilontarkan. Hal itu juga memungkinkan Roh Kudus untuk memberikan visi kepada orang lain dalam kelompok mengenai Alkitab yang tengah dipelajari. Hasilnya bisa jadi berupa cara belajar yang jauh lebih efektif bagi setiap orang.

Awal yang baik untuk mulai mengajarkan perintah Kristus adalah Khotbah di Atas Bukit, dalam Matius 5-7. Di dalamnya, Yesus memberi banyak perintah, dan Ia membantu para pengikut YahudiNya untuk memahami Hukum Taurat dengan benar yang diberikan melalui Musa. Berikutnya dalam buku ini, Khotbah di Atas Bukit, saya akan ajarkan ayat demi ayat untuk menunjukkan cara melakukannya.

Persiapan Khotbah (Sermon Preparation)

Tak ada bukti dalam Perjanjian Baru adanya pendeta/penatua/penilik yang pernah menyiapkan pidato/khotbah setiap minggu, lengkap dengan uraian yang disiapkan dengan rapi dan ilustrasi yang dibuatkan garis besarnya, seperti yang dilakukan oleh banyak pelayan sekarang ini. Sudah tentu tak seorangpun dapat membayangkan Yesus yang tengah melakukan hal tersebut! Pengajaran di jemaat mula-mula dilakukan lebih spontan dan interaktif, mengikuti gaya orang Yahudi, bukannya seperti pidato, seperti dilakukan orang-orang Yunani dan Romawi, tradisi yang akhirnya diadopsi oleh gereja ketika gereja dilembagakan. Jika Yesus berkata kepada murid-muridNya untuk tidak menyiapkan pembelaan ketika mereka dipanggil ke pengadilan, dengan janji bahwa Roh Kudus akan mengaruniakan kata-kata yang spontan dan pasti kepada mereka, kita berharap Allah sanggup menolong setiap pendeta di pertemuan jemaat!

Bukan berarti pelayan tidak menyiapkan diri mereka sendiri melalui doa dan belajar. Paulus memperingatkan Timotius:

Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu. (2 Timotius 2:15).

Pelayan yang mengikuti instruksi Paulus, “hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu” (Kolose 3:16), akan penuh dengan Firman Tuhan agar dia sanggup mengajar dari ”kelimpahan”nya. Jadi, pendeta terkasih, yang penting adalah tenggelamkan dirimu dalam Alkitab. Jika anda banyak tahu dan ingin sekali serius dengan topik anda, persiapkan untuk mengkomunikasikan kebenaran Allah. Dan, jika anda ajarkan ayat demi ayat, gunakanlah setiap ayat berurutan sebagai garis besar. Maka, persiapannya adalah bergumul dalam doa terhadap ayat-ayat Alkitab yang akan diajarkan. Jika anda pendeta gereja rumah, pengajaran interaktif tak terlalu perlu membuat garis-besar khotbah.

Pelayan yang beriman kepada Allah untuk menolongnya ketika ia mengajar akan dikaruniai pertolongan Allah. Jangan banyak bersandar kepada diri sendiri, persiapanmu dan catatanmu, dan lebih banyak bersandar kepada Tuhan. Secara perlahan, saat anda punya iman dan keyakinan diri, siapkan sedikit catatan khotbah, sampai anda dapat mengikuti garis-besar kerangka atau tanpa garis-besar sama sekali.

Orang yang sadar dirinya saat berada di depan orang lain sangat mungkin bergantung pada catatan yang telah disiapkan karena ia takut membuat kesalahan di depan banyak orang. Ia perlu sadar bahwa ketakutannya muncul karena perasaan tak nyaman karena kesombongan. Ia tak perlu kuatir akan penampilannya di depan orang banyak dan lebih peduli pada bagaimana ia dan pendengarnya tampil di hadapan Allah. Tak ada persiapan pidato yang dapat menggerakkan pendengar seperti halnya pengajaran yang menyentuh hati dan diurapi oleh Roh. Perhatikan betapa terhambatnya komunikasi bila setiap orang menggunakan catatan selama percakapan! Percakapan akan mati! Gaya percakapan yang tidak diulang bisa saja terjadi lebih tulus dibandingkan pidato yang telah disiapkan. Mengajar bukanlah bermain peran, namun membagikan kebenaran. Kita semua tahu, ketika mendengarkan pidato, kita cenderung secara otomatis pasang telinga.

Empat Pandangan Lagi (Four More Thoughts)

(1) Beberapa pelayan berulah seperti burung beo, yakni mencari bahan khotbah dari buku-buku hasil tulisan orang lain. Mereka kehilangan berkat indah yang langsung diajarkan oleh Roh Kudus, dan mungkin mereka juga tengah menyebarkan kekeliruan yang dibuat oleh penulis yang mereka tiru.

(2) Banyak pendeta meniru gaya khotbah dan mengajar dari pengkhotbah lain, gaya yang sering sangat tradisional. Misalnya, di beberapa kalangan, ada pendapat bahwa khotbah diurapi bila disampaikan dengan keras dan cepat. Jadi, jemaat gereja mengikuti khotbah dengan teriakan dari awal sampai akhir. Realitasnya, orang-orang umumnya terbiasa dengan teriakan yang tak menentu itu, seperti yang dilakukan ketika mendengar pembicaraan yang monoton. Suara yang bervariasi jauh lebih memikat. Juga, berkhotbah secara alami diperkeras saat jeda sejenak, sedangkan mengajar biasanya dilakukan dengan nada yang mirip percakapan karena sifatnya memberi pengajaran.

(3) Saya perhatikan para pendengar-khotbah di ratusan ibadah gereja, dan saya terkejut sangat banyak pengkhotbah dan guru tak menyadari banyaknya indikasi di mana orang-orang menjadi bosan dan/atau tidak mendengarkan. Pendeta, orang-orang yang tampak bosan adalah bosan! Orang yang tak memperhatikan anda selagi anda bicara mungkin saja ia tidak mendengarkan anda. Maka, orang yang tak mendengarkan tidak mendapat pertolongan. Bila orang yang tulus hati jadi bosan dan/atau tak mendengarkan, maka anda perlu perbaiki khotbah anda. Berikan lebih banyak contoh. Buat cerita yang relevan. Buat perumpamaan. Buat khotbah jadi sederhana. Ajarkan Firman dari hatimu. Bersikap tulus. Jadi diri sendiri. Buat variasi suara anda. Tatap mata pendengar sebanyak mungkin. Gunakan ekspresi wajah. Gunakan tangan anda. Lakukan gerakan berputar. Jangan bicara terlalu lama. Bila kelompoknya kecil, ajak orang bertanya di saat yang pas.

(4) Pendapat bahwa tiap khotbah harus memiliki tiga hal hanyalah rekaan manusia. Tujuannya adalah melakukan pemuridan, bukan mengikuti teori-teori homiletik modern. Yesus berkata, “Beri makan domba-dombaKu”, bukan “Buat domba-dombaKu terkesan.”

Siapa yang Akan Diajar (Whom to Teach)

Dengan mengikuti model Yesus, pelayan pemuridan agak selektif terkait dengan siapa yang akan diajar. Mungkin anda terkejut, namun itu nyata. Yesus sering berbicara kepada banyak orang dalam beberapa perumpamaan, dan Ia punya alasan berbuat demikian: Ia tak ingin setiap orang mengerti apa yang dikatakanNya. Hal ini jelas dari Alkitab:

Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: “Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?” Jawab Yesus: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.” (Matius 13:10-13).

Hak istimewa untuk memahami beberapa perumpamaan Kristus hanya diberikan kepada mereka yang telah bertobat dan memutuskan untuk mengikuti Dia. Demikian juga, orang yang berbalik dari kesempatan untuk bertobat, dengan melawan kehendak Tuhan untuk kehidupannya, ditentang oleh Allah. Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati (lihat 1 Petrus 5:5).

Juga, Yesus memberi petunjuk kepada pengikutNya: “Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.” (Matius 7:6). Jelas, Yesus berbicara secara simbolik. MaksudNya, “Jangan berikan sesuatu yang berharga kepada mereka yang tidak menghargai nilainya.” Babi tak tahu bahwa mutiara itu mulia, demikian juga babi-babi rohani tak menghargai Firman Tuhan ketika mereka mendengar Firman itu. Jika mereka percaya bahwa hal sebenarnya yang sedang mereka dengar adalah Firman Tuhan, maka mereka akan perhatikan dengan serius dan menaatinya.

Bagaimana anda tahu bila seseorang itu berlaku seperti babi rohani? Lemparkan mutiara di jalannya dan lihat yang ia lakukan dengan mutiara itu. Jika ia tak peduli, maka dialah babi rohani itu. Jika ia menaatinya, maka dia bukan babi rohani.

Sayangnya, sangat banyak pelayan melakukan hal yang Yesus tidak kehendaki, yakni selalu membuang mutiara kepada babi-babi, yakni mengajar orang-orang yang menentang/ menolak Firman Tuhan. Para pelayan itu hanya buang-buang waktu pemberian Tuhan. Mereka harus kebaskan debu di kaki dan meneruskan tugasnya, sesuai perintah Yesus.

Domba, Kambing dan Babi (Sheep, Goats and Pigs)

Kenyataannya, anda tak dapat memuridkan orang yang tak mau dimuridkan, yakni orang yang tak mau menaati Yesus. Banyak gereja dipenuhi orang-orang seperti itu, merekalah orang-orang Kristen karena kebiasaan, di mana banyak yang menganggap mereka dilahirkan kembali hanya karena mengakui sendiri beberapa fakta teologis tentang Yesus atau Kekristenan. Mereka adalah babi dan kambing, bukan domba. Namun banyak pendeta memakai 90% waktunya dengan mencoba membahagiakan mereka yang tergolong babi dan kambing, dan di saat yang sama tak peduli kepada mereka yang perlu dilayani dan dibantu secara rohani, yakni domba-domba sejati! Pendeta, Yesus ingin anda memberi makan kepada domba-dombaNya, bukan kepada kambing dan babi (lihat Yohanes 21:17)!

Tetapi, bagaimana cara mengenali siapa yang domba? Domba adalah orang yang datang ke gereja paling awal dan pulang paling akhir. Ia lapar akan kebenaran, karena Yesus adalah Tuhannya dan ia ingin menyenangkanNya. Ia datang ke gereja bukan hanya di hari Minggu, tetapi kapanpun ada persekutuan. Ia ikut kelompok kecil dan sering bertanya. Ia bersukacita karena Tuhan, dan ia mencari kesempatan untuk melayani.

Saudara pendeta, pakailah sebagian besar waktu dan perhatian anda kepada domba-domba itu. Merekalah murid-murid. Khotbahkan Injil kepada mereka yang tergolong kambing dan babi yang mengikuti ibadah di gereja selama mereka dapat menerimanya. Tetapi bila anda mengabarkan Injil sejati, mereka takkan mampu bertahan lama. Mereka akan meninggalkan gereja, atau bila berkuasa, mereka akan coba jatuhkan anda dari jabatan anda. Bila mereka berhasil, kebaskan debu di kaki ketika anda pergi. (Di gereja rumah, hal itu tak dapat terjadi, terutama bila gereja anda bersekutu di rumah anda!)

Demikian juga, para penginjil tak perlu terus menginjili orang yang sama yang sering menolak Injil. Biarlah orang mati menguburkan orang mati (lihat Lukas 9:60). Anda utusan Kristus, yang membawa pesan terpenting dari Raja segala raja! Posisi anda sangat tinggi dalam Kerajaan Allah dan tanggung-jawab anda besar! Jangan buang waktu dengan dua kali menginjili seseorang, sedangkan orang lain hanya mendengarnya sekali saja.

Bila anda mau menjadi pelayan pemuridan, pilihlah siapa yang harus anda ajar, tanpa membuang waktu berharga bagi orang-orang yang tak mau menaati Yesus. Paulus bersurat kepada Timotius,

Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain. (2 Timotius 2:2, tambahkan penekanan).

Mencapai Tujuan (Reaching the Goal)

Bayangkan sejenak hal yang tak pernah terjadi pada pelayanan Yesus, namun selalu terjadi di gereja-gereja kini. Bayangkan Yesus, setelah Ia bangkit, tinggal di bumi dan mulai melayani satu gereja seperti gereja lembaga kini, lalu menjadi pendeta selama tigapuluh tahun. Bayangkan Ia berkhotbah setiap hari Minggu kepada sidang jemaat yang sama. Bayangkan Petrus, Yakobus dan Yohanes duduk di deretan kursi depan selama Yesus berkhotbah, dan melakukan hal yang sama selama duapuluh tahun. Bayangkan Petrus bersandar kepada Yohanes dan berbisik padanya dengan keluhan, “Kita telah mendengar khotbah yang sama sepuluh kali.”

Hal itu tak mungkin terjadi, karena kita semua tahu bahwa Yesus atau para rasulNya tak pernah ada dalam situasi itu. Yesus datang untuk melakukan pemuridan dengan cara tertentu dalam waktu tertentu. Selama sekitar tiga tahun, Ia memuridkan Petrus, Yakobus dan Yohanes, dan beberapa orang lainnya. Ia tak melakukannya dengan mengkhotbai mereka sekali seminggu di gedung gereja. Ia melakukannya dengan cara hidupNya di hadapan mereka, menjawab pertanyaan mereka, dan memberi mereka kesempatan untuk melayani. Ia selesaikan tugasNya dan seterusnya.

Jadi, mengapa kita melakukan hal yang tak pernah Yesus lakukan? Mengapa kita coba melakukan kehendak Allah dengan mengkhotbai orang yang sama selama puluhan tahun? Kapan kita akan menyelesaikan tugas etika kita? Mengapa tidak murid-murid kita yang pergi melakukan pemuridan, setelah beberapa tahun mereka dibekali?

Jika kita melakukan tugas dengan benar, saya ingin murid-murid kita menjadi dewasa sehingga mereka tak perlu lagi kita melayani mereka. Mereka harus bebas melakukan pemuridan sendiri. Kita hendaknya mencapai tujuan yang Allah tetapkan bagi kita, dan Yesus menunjukkan cara melakukannya. Juga, di gereja rumah yang tengah bertumbuh, ada semakin banyak kebutuhan untuk melakukan pemuridan dan mendidik pemimpin. Gereja rumah yang sehat takkan memasuki siklus tanpa akhir dari pengkhotbah yang sama yang berkhotbah kepada orang-orang yang sama selama beberapa dekade.

Motif yang Benar (Right Motives)

Agar berhasil dalam pengajaran untuk pemuridan, tak ada hal yang lebih penting dibandingkan memiliki motif yang benar. Ketika seseorang melayani dengan alasan keliru, ia akan berbuat hal-hal keliru. Itulah alasan pokok mengapa ada banyak pengajaran sesat dan tak seimbang di gereja masa sekarang. Ketika motif pendeta hanya untuk memperoleh popularitas, sukses di mata orang, atau uang banyak, maka ia akan gagal di mata Allah. Yang paling menyedihkan, saat ia berhasil mencapai popularitasnya, kesuksesan di mata orang, atau uang banyak, tetapi harinya akan datang ketika motif kelirunya akan terkuak ketika berdiri di hadapan tahta penghakiman Kristus, dan ia tak akan menerima upah pekerjaannya. Jika dibolehkan masuk kerajaan sorga,

[3]

setiap orang di sana akan tahu kebenaran tentangnya, ketika terungkap bahwa ia tak mendapat upah dan posisinya rendah dalam kerajaan. Memang, ada tingkatan berbeda di sorga. Yesus mengingatkan:

Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. (Matius 5:19).

Sudah tentu pelayan yang menaati dan mengajarkan semua perintah Kristus akan menderita karena hal itu. Yesus menjanjikan penderitaan bagi mereka yang menaatiNya (lihat Matius 5:10-12; Yohanes 16:33). Paling tidak mereka mungkin saja mendapat keberhasilan di dunia, popularitas dan kekayaan. Mereka nanti mendapatkan upah dan pujian dari Allah. Manakah pilihan anda? Dalam hal ini, Paulus menulis:

Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah. Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api. (1 Korintus 3:5-15).

Paulus menyamakan dirinya dengan ahli bangunan yang meletakkan dasar. Paulus menyamakan Apolos –seorang guru yang datang ke Korintus setelah Paulus mendirikan jemaat di sana– dengan orang yang mendasarkan pada fondasi yang sudah diletakkan.

Perlu dicatat, baik Paulus maupun Apolos pada akhirnya mendapat upah berdasarkan kualitas, bukan kuantitas, dari pekerjaan mereka (lihat 3:13).

Secara kiasan, Paulus dan Apolos dapat mendirikan bangunan Allah dengan enam jenis bahan berbeda, tiga jenis sudah lazim ada, relatif murah dan mudah terbakar, dan tiga jenis tidak lazim ada, sangat mahal dan tak mudah terbakar. Nantinya, bahan-bahan bangunan itu akan mengalami api Penghakiman Allah; kayu, rumput kering atau jerami akan hangus oleh api, sehingga terbukti kualitasnya tak berharga dan tak tahan lama. Emas, perak dan batu permata, sebagai pekerjaan mulia dan kekal di mata Allah, akan tahan nyala api.

Kita yakin bahwa pengajaran yang tidak Alkitabiah akan dibakar menjadi abu ketika penghakiman oleh Kristus. Demikian juga, akan terjadi hal yang sama pada apapun yang dilakukan dalam kekuasaan, metode, atau hikmat duniawi, juga apapun yang dilakukan dengan motif keliru. Yesus mengingatkan bahwa segala sesuatu, yang kita lakukan dengan motivasi untuk mendapat pujian orang, tak akan mendapat upah (lihat Matius 6:1-6, 16-18). Jenis-jenis pekerjaan yang tak berharga itu bisa saja bukan bukti bagi mata manusia, namun akan terungkap kepada semua orang nanti, seperti yang Paulus ingatkan. Secara pribadi, bila pekerjaan saya berkategori kayu, rumput kering atau jerami, lebih baik saya melihatnya kini daripada nanti. Kini waktu untuk bertobat; waktu nanti sudah terlambat.

Periksa Motif Kita (Checking Our Motives)

Kita sangat mudah tertipu oleh motif-motif kita sendiri. Saya pernah mengalaminya. Bagaimana kita bisa tahu jika motif-motif kita murni?

Cara terbaik adalah minta Allah untuk mengungkapkan apakah motif-motif kita keliru, lalu periksa pikiran dan perbuatan kita. Yesus berkata agar kita berbuat baik seperti berdoa dan memberi kepada orang miskin tanpa diketahui orang lain, dan itulah cara yang menjamin agar kita melakukan kebaikan karena kita inginkan pujian Allah, bukan pujian manusia. Bila kita hanya taat pada Allah ketika orang lain memperhatikan kita, itu tandanya ada kekeliruan. Atau, bila kita menghindari dosa-dosa skandal yang akan menghancurkan reputasi saat kita terperangkap, namun melakukan dosa-dosa kecil yang tak seorangpun mungkin tahu, ini menunjukkan motivasi keliru kita. Bila kita benar-benar mau menyenangkan Allah —yang mengenal setiap pikiran, perkataan dan perbuatan kita— maka kita akan tetap menaatiNya sepanjang waktu, dalam hal-hal besar dan kecil, yang orang lain tahu dan tak tahu.

Demikian pula, bila motif-motif kita benar, kita tidak akan ikuti model pertumbuhan gereja yang hanya melayani demi meningkatkan jumlah orang yang hadir tanpa peduli untuk memuridkan orang yang menaati semua perintah Kristus.

Kita akan mengajarkan semua Firman Tuhan dan tidak hanya memfokuskan pada topik-topik populer yang menyenangkan orang-orang duniawi dan tak beriman.

Kita tidak akan memutabalikkan Firman Tuhan atau mengajar Alkitab dengan cara yang melanggar konteks dalam keseluruhan Alkitab.

Kita tidak akan mencari gelar dan tempat terhormat untuk kepentingan diri sendiri.

Kita tidak akan berupaya untuk menjadi terkenal.

Kita tidak akan melayani hanya orang kaya.

Kita tidak akan mengumpulkan harta di bumi, namun hanya hidup dan memberikan semua yang kita mampu, dengan memberikan teladan pengelolaan khusus yang baik di depan jemaat kita.

Kita akan lebih peduli kepada apa yang dipikirkan Allah mengenai khotbah bukannya apa yang orang pikirkan.

Apa motif anda?

Doktrin yang Mengalahkan Pemuridan (A Doctrine that Defeats Disciple-Making)

Pelayan pemuridan tak pernah mengajar apapun yang bertentangan dengan tujuan pelaksanaan pemuridan. Sehingga, ia tak pernah berkata apapun yang membuat orang merasa nyaman dengan tidak menaati Tuhan Yesus. Ia tak pernah memberi kasih karunia Allah sebagai cara untuk berbuat dosa tanpa takut penghakiman. Sebaliknya, ia memberi kasih karunia Allah sebagai cara untuk bertobat dari dosa dan hidup dalam kemenangan. Seperti kita tahu, Alkitab menyatakan bahwa hanya orang-orang yang berkemenangan akan mewarisi Kerajaan Allah (lihat Wahyu 2:11; 3:5; 21:7).

Sayangnya, sejumlah pelayan sekarang ini, bertumpu pada doktrin-doktrin yang tidak Alkitabiah yang benar-benar merusak tujuan pemuridan. Satu doktrin yang sangat populer di Amerika Serikat adalah doktrin keselamatan kekal tanpa syarat atau “sekali selamat tetap selamat.” Doktrin ini berketetapan bahwa setiap orang yang dilahirkan kembali tak dapat lagi kehilangan keselamatannya, tak peduli bagaimana ia hidup. Menurut doktrin itu, karena keselamatan adalah oleh kasih karunia, maka kasih karunia yang sama, yang awalnya menyelamatkan orang berdosa untuk menerima keselamatan, akan membuat mereka tetap selamat. Sesuai ketentuan penganut doktrin itu, apapun sudut-pandang lain sama saja dengan berkata bahwa orang diselamatkan oleh hasil usahanya.

Biasanya, sudut-pandang demikian adalah bahaya besar yang merusak kesucian. Tampaknya ketaatan kepada Kristus tak penting bagi orang untuk masuk sorga, maka motivasi untuk menaati Yesus hanya sedikit, terutama ketika ketaatan itu sangat mahal.

Seperti sudah disebutkan sebelumnya, kasih karunia Allah kepada umat manusia tak mengurangi tanggung-jawab mereka untuk menaatiNya. Alkitab menyatakan keselamatan bukanlah oleh kasih karunia, namun juga melalui iman (lihat Efesus 2:8). Kasih karunia dan iman diperlukan bagi keselamatan. Iman adalah tanggapan murni kepada kasih karunia Allah, dan iman yang sejati selalu menimbulkan pertobatan dan ketaatan. Iman tanpa perbuatan adalah mati, tak berguna, dan tak dapat menyelamatkan, menurut Yakobus (lihat Yakobus 2:14-26).

Itu sebabnya Alkitab berkali-kali menyatakan bahwa keselamatan yang berkelanjutan tergantung pada iman dan ketaatan yang teguh. Ada bagian-bagian Alkitab yang memperjelas hal itu. Misalnya, Paulus menyatakan dalam suratnya kepada jemaat Kolose:

Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya. Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit. (Kolose 1:21-23, tambahkan penekanan).

Mungkin, itu belum jelas. Hanya seorang teolog dapat berbuat keliru atau memelintir maksud Paulus. Yesus akan menyatakan bahwa kita tidak salah jika kita tetap teguh dalam iman. Kebenaran sama disebutkan lagi dalam Roma 11:13-24, 1 Korintus 15:1-2 dan Ibrani 3:12-14; 10:38-39, di mana jelas dinyatakan bahwa keselamatan akhir tergantung pada keteguhan iman. Semua ayat tersebut mengandung kata bersyarat jika.

Perlunya Kesucian (The Necessity of Holiness)

Bisakah orang percaya kehilangan kehidupan kekal dengan berbuat dosa? Jawabannya ada dalam banyak ayat Alkitab, seperti di bawah ini, bahwa orang yang berbuat dosa tak akan mewarisi Kerajaan Allah. Jika orang percaya berbuat dosa lagi, seperti disebutkan oleh Paulus pada ayat-ayat berikut, maka orang percaya itu dapat kehilangan keselamatan:

Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (1 Korintus 6:9-10, tambahkan penekanan).

Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu–seperti yang telah kubuat dahulu–bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (Galatia 5:19-21, tambahkan penekanan).

Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah. Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka. (Efesus 5:5-6, tambahkan penekanan).

Perhatikanlah, dalam setiap keadaan, Paulus bersurat kepada orang-orang percaya, sambil mengingatkan mereka. Dua kali ia mengingatkan mereka untuk tidak tertipu; ia peduli kepada orang-orang percaya yang mungkin menganggap bahwa seseorang bisa saja melakukan dosa yang disebutkan di atas dan masih mewarisi Kerajaan Allah.

Yesus mengingatkan murid-murid terdekatNya —Petrus, Yakobus, Yohanes dan Andreas— akan kemungkinan terbuang ke dalam neraka oleh karena tak berjaga-jaga saat Dia kembali. Perlu dicatat bahwa kata-kata berikut ditujukan kepada mereka (lihat Markus 13:1-4), dan bukan kepada kerumunan orang tidak percaya:

Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang. Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Sebab itu, hendaklah kamu [Petrus, Yakobus, Yohanes dan Andreas] juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu [Petrus, Yakobus, Yohanes dan Andreas] duga.”

Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi penilik segala miliknya. Akan tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. (Matius 24:42-51, tambahkan penekanan).

Apa pelajaran moral dari kisah di atas? “Petrus, Yakobus, Yohanes dan Andreas, jangan jadi seperti hamba yang tidak setia dalam perumpamaan itu.”

[4]

 

Untuk menekankan pernyataanNya pada murid-muridNya terdekat, Yesus menceritakan perumpamaan Sepuluh Gadis. Sepuluh gadis mulanya siap menyambut kedatangan mempelai pria, tetapi lima gadis tak siap dan diusir dari perjamuan kawin. Yesus mengakhiri perumpamaan itu dengan kata-kata, “Karena itu, berjaga-jagalah [Petrus, Yakobus, Yohanes dan Andreas], sebab kamu [Petrus, Yakobus, Yohanes dan Andreas] tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.” (Matius 25:13). Yakni, “Janganlah kalian jadi seperti lima gadis bodoh, Petrus, Yakobus, Yohanes dan Andreas.” Bila mungkin Petrus, Yakobus, Yohanes dan Andreas berjaga-jaga, tentu Yesus tak perlu mengingatkan mereka.

Yesus segera menceritakan kepada mereka Perumpamaan tentang Talenta. Pesannya sama. “Jangan jadi hamba yang hanya punya satu talenta yang tak punya apapun untuk ditunjukkan kepada tuannya apa yang telah dipercayakan kepadanya ketika ia kembali.” Pada akhir perumpamaan, sang tuan menyatakan, “Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.” (Matius 25:30). Yesus tak mungkin memperjelas pesanNya. Hanya teolog yang dapat membelokkan maksudNya. Ada bahaya di mana Petrus, Yakobus, Yohanes dan Andreas bisa saja dibuang ke neraka akhirnya jika mereka tidak taat ketika Yesus kembali. Bila itu mungkin bagi Petrus, Yakobus, Yohanes dan Andreas, maka kemungkinan itu bisa bagi kita semua. Seperti janji Yesus, hanya mereka yang melakukan kehendak Bapanya akan masuk kerajaan sorga (lihat Matius 7:21).

[5]

 

Mereka yang mengajarkan doktrin palsu ‘keselamatan kekal tanpa syarat’ jelas menentang Kristus dan hanya mendukung Setan; doktrin ini mengajarkan hal yang menentang ajaran Yesus dan para rasul. Secara efektif mereka menentang perintah Yesus untuk memuridkan orang-orang yang akan menaati semua perintahNya, dengan menghalangi jalan sempit ke sorga dan melebarkan jalan ke neraka.

[6]

 

Doktrin Modern Lain yang Mengalahkan Pemuridan (Another Modern Doctrine that Defeats Disciple-Making)

Bukan hanya pengajaran ‘keselamatan kekal tanpa syarat’ yang menipu orang-orang untuk menganggap kesucian sebagai hal yang tidak penting bagi keselamatan akhir. Kasih Allah sering diungkapkan dengan menetralkan pemuridan. Para pengkhotbah bisa berkata kepada pendengarnya, “Allah mengasihi anda tanpa syarat.” Orang-orang menafsirkannya, “Allah menerima dan mendukung saya, tak peduli apakah saya menaati atau tidak menaatiNya.” Tetapi, itu keliru.

Banyak pengkhotbah yang sama percaya bahwa Allah membuang orang-orang yang tidak dilahirkan kembali ke neraka, dan tentu mereka merasa benar dalam keyakinannya. Mari kita pikirkan hal tersebut. Jelaslah, Allah tak mendukung orang-orang yang Ia buang ke neraka. Jadi, bagaimana dapat dikatakan Ia mengasihi mereka? Apakah orang-orang yang dibuang ke neraka dikasihi olehNya? Apakah anda pikir mereka akan berkata bahwa Allah mengasihi mereka? Tentu tidak. Apakah Allah berkata bahwa Ia mengasihi mereka? Tentu tidak! Mereka dibenciNya; itu sebabnya Ia akan menghukum mereka di neraka. Ia tidak mendukung atau mengasihi mereka.

Sehingga, kasih Allah untuk orang-orang berdosa di dunia adalah kasih yang penuh belas kasihan yang hanya sementara, bukan kasih yang menegaskan. Ia berbelas-kasihan kepada mereka, dengan menunda penghukumanNya dan memberi mereka kesempatan untuk bertobat. Yesus mati untuk mereka, dan memberi mereka pengampunan. Dapat dikatakan, dengan cara itu, Allah mengasihi mereka. Tetapi Ia tidak menyetujui perbuatan mereka. Ia tak pernah mengasihi orang seperti perasaan seorang bapak kepada anaknya. Sebaliknya, Alkitab menyatakan, “Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia” (Mazmur 103:13, tambahkan penekanan). Jadi dapat dikatakan bahwa Allah tidak berbelas-kasihan kepada mereka yang tidak takut akan Dia. Kasih Allah kepada orang berdosa lebih mirip dengan belas-kasihan yang ditunjukkan oleh seorang hakim kepada seorang pembunuh yang diganjar hukuman seumur hidup, bukannya hukuman mati.

Dalam Kisah Para Rasul, tak ada seorangpun yang memberitakan Injil berkata kepada orang yang belum selamat bahwa Allah mengasihinya. Sebaliknya, pengkhotbah yang Alkitabiah sering mengingatkan jemaat tentang murka Allah dan menyerukan agar mereka bertobat, dengan memberitahukan bahwa Allah tidak setuju tindakan mereka yang dalam keadaan bahaya, dan perlu melakukan perubahan dramatis dalam kehidupan mereka. Seandainya pengkhotbah itu berkata kepada jemaatnya bahwa Allah mengasihi mereka (seperti yang dilakukan oleh banyak pelayan sekarang ini), ia mungkin telah menyesatkan jemaat kepada pemikiran bahwa mereka tidak dalam bahaya, tidak menumpuk kemarahan bagi mereka sendiri, dan tidak perlu bertobat.

Kebencian Allah bagi Pendosa (God’s Hatred of Sinners)

Bertentangan dengan hal yang sering dinyatakan tentang kasih Allah bagi orang-orang berdosa kini, Alkitab sering menyatakan bahwa Allah membenci orang-orang berdosa:

Pembual tidak akan tahan di depan mata-Mu; Engkau membenci semua orang yang melakukan kejahatan. Engkau membinasakan orang-orang yang berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah darah dan penipu. (Mazmur 5:6-7, tambahkan penekanan).

TUHAN menguji orang benar dan orang fasik, dan Ia membenci orang yang mencintai kekerasan. (Mazmur 11:5, tambahkan penekanan).

Aku telah meninggalkan kediaman-Ku, telah membuangkan negeri milik-Ku; Aku telah menyerahkan buah hati-Ku ke dalam tangan musuhnya. Negeri milik-Ku sudah menjadi seperti singa di hutan bagi-Ku; ia mengeraskan suaranya menentang Aku, sebab itu Aku membencinya. (Yeremia 12:7-8, tambahkan penekanan).

Segala kejahatan mereka terjadi di Gilgal, sungguh, di sana Aku mulai membenci mereka. Oleh karena jahatnya perbuatan-perbuatan mereka Aku akan menghalau mereka dari rumah-Ku. Aku tidak akan mengasihi mereka lagi, semua pemuka mereka adalah pemberontak. (Hosea 9:15).

Perlu dicatat, semua kutipan ayat Alkitab di atas tidak berkata bahwa Allah hanya membenci apa yang orang lakukan —dikatakan bahwa Allah membenci mereka. Ini memperjelas aksioma umum bahwa Allah mengasihi orang berdosa tetapi membenci dosa. Kita tak dapat memisahkan seseorang dari perilakunya. Perlakuan seseorang merupakan gungkapan siapa dia sebenarnya. Jadi, Allah membenci orang-orang berdosa, bukan hanya dosa-dosa yang mereka lakukan. Jika Allah menyetujui orang-orang yang melakukan hal yang Ia benci, maka Ia tidak konsisten dengan diriNya. Di ruang pengadilan manusia, seseorang diadili atas kejahatannya, dan ia mendapat balasan yang adil. Kita tidak membenci kejahatan namun mendukung orang yang melakukan kejahatan.

Orang yang Dibenci Allah (People Whom God Abhors)

Alkitab menegaskan bahwa Allah membenci orang-orang tertentu, juga Ia benci orang-orang berdosa, atau mereka menjadi kekejian bagiNya. Patut dicatat bahwa ayat-ayat Alkitab berikut tidak berkata bahwa apa yang mereka lakukan adalah kekejian bagi Tuhan, namun mereka sendiri adalah kekejian bagi Tuhan. Ayat-ayat itu tidak berkata bahwa Tuhan membenci dosa-dosa mereka, namun Tuhan membenci mereka:

[7]

 

Seorang perempuan janganlah memakai pakaian laki-laki dan seorang laki-laki janganlah mengenakan pakaian perempuan, sebab setiap orang yang melakukan hal ini adalah kekejian bagi TUHAN, Allahmu. (Ulangan 22:5, tambahkan penekanan).

Sebab setiap orang yang melakukan hal yang demikian, setiap orang yang berbuat curang, adalah kekejian bagi TUHAN, Allahmu. (Ulangan 25:16, tambahkan penekanan).

Dan kamu akan memakan daging anak-anakmu lelaki dan anak-anakmu perempuan. Dan bukit-bukit pengorbananmu akan Kupunahkan, dan segala pedupaanmu akan Kulenyapkan. Aku akan melemparkan bangkai-bangkaimu ke atas bangkai-bangkai berhalamu dan hati-Ku akan muak melihat kamu. (Imamat 26:29-30, tambahkan penekanan).

Pembual tidak akan tahan di depan mata-Mu; Engkau membenci semua orang yang melakukan kejahatan. Engkau membinasakan orang-orang yang berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah darah dan penipu. (Mazmur 5:6-7, tambahkan penekanan).

Karena orang yang sesat adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat. (Amsal 3:32, tambahkan penekanan).

Orang yang serong hatinya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang tak bercela, jalannya dikenan-Nya. (Amsal 11:20).

Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman. (Amsal 16:5, tambahkan penekanan).

Membenarkan orang fasik dan mempersalahkan orang benar, kedua-duanya adalah kekejian bagi TUHAN. (Amsal 17:15, tambahkan penekanan).

Bagaimana kita mencocokkan ayat-ayat Alkitab tersebut dengan ayat-ayat yang mempertegas kasih Tuhan bagi orang berdosa? Bagaimana dapat dikatakan bahwa Tuhan tidak senang dan membenci orang berdosa, tetapi Ia juga mengasihinya?

Harus diakui, tidak semua kasih itu sama. Ada kasih bersyarat, yang disebut “kasih yang penuh belas kasihan.” Kasih ini, “Saya mengasihimu meskipun.” Dengan kasih ini, kita mengasihi orang tak peduli perbuatannya. Itulah kasih Allah bagi orang berdosa.

Yang berbeda dengan kasih yang penuh belas kasihan ialah kasih bersyarat. Kasih ini dinamakan “kasih yang menegaskan.” Inilah kasih yang diperoleh atau diberikan. Kasih inilah yang berkata, “Aku mengasihimu oleh karena.” Sebagian orang berpendapat bahwa kasih adalah bersyarat, ini sama sekali bukanlah kasih. Atau mereka menganggap rendah kasih yang demikian, yang berkata bahwa kasih ini benar-benar mementingkan diri sendiri, dan tidak seperti kasih Allah.

Tetapi, sebenarnya Allah memiliki kasih bersyarat, seperti terdapat dalam Alkitab. Jadi, kasih yang menegaskan tak boleh dianggap rendah. Kasih yang menegaskan ialah kasih utama dari Allah untuk anak-anakNya yang sejati. Kita harus lebih menginginkan kasih yang menegaskan dariNya daripada kasih yang penuh belas kasihan dariNya.

Apakah Kasih yang Menegaskan adalah Kasih Kelas Bawah? (Is Approving Love an Inferior Love?)

Stop dan tanyakan diri anda: “Kasih macam apa yang saya mau orang lain berikan pada saya —kasih yang penuh belas kasihan atau kasih yang menegaskan?” Saya yakin anda lebih suka agar orang lain mengasihimu “oleh karena”, bukan “meskipun.”

Apakah anda lebih suka mendengar pasangan anda berkata, “Saya tak punya alasan untuk mengasihimu, dan tidak ada hal tentangmu yang mendorongku untuk menunjukkan kebaikan saya” atau “Saya mencintaimu karena berbagai alasan, karena ada begitu banyak hal tentangmu yang kuhargai”? Sudah tentu, kita inginkan hal sebaliknya agar pasangan kita mencintai kita dengan kasih yang menegaskan, dan itulah kasih yang mendekatkan pasangan suami-istri dan tetap menyatukan mereka. Ketika tidak ada pujian dari pasangan hidup, ketika kasih yang menegaskan telah berhenti, maka beberapa perkawinan berakhir. Bila perkawinan bertahan, kebaikan berpihak kepada kasih yang penuh belas kasihan, yang berasal dari karakter ilahi dari si pemberi kasih.

Dengan demikian, kita paham bahwa kasih yang menegaskan atau kasih bersyarat, sama sekali bukan kasih yang murahan. Selagi kasih yang penuh belas kasihan menjadi kasih yang paling mahal untuk diberikan, maka kasih yang menegaskan adalah kasih yang paling mahal untuk didapatkan. Lagipula, kasih yang menegaskan adalah satu-satunya kasih yang pernah Bapa miliki untuk Yesus, kasih yang mengangkatnya ke tempat yang benar dan dihormati. Allah Bapa tak pernah memiliki setetes kasih yang penuh belas kasihan untuk Yesus, karena tak pernah ada apapun yang tak menyenangkan dalam Kristus. Yesus bersaksi:

Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. (Yohanes 10:17, tambahkan penekanan).

Dengan demikian, kita paham bahwa Bapa mengasihi Yesus oleh karena ketaatan Yesus untuk mati. Tidak ada yang keliru dan segala sesuatu sudah benar tentang kasih yang menegaskan. Yesus mendapatkan dan layak mendapatkan kasih BapaNya.

Yesus juga menyatakan bahwa Ia tinggal dalam kasih BapaNya dengan menaati perintah-perintah BapaNya:

Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. (Yohanes 15:9-10, tambahkan penekanan).

Lagipula, seperti yang Alkitab tunjukkan, kita harus mengikuti teladan Yesus, dan tinggal dalam kasihNya dengan menaati perintah-perintahNya. Jelaslah, Ia sedang berbicara tentang kasih yang menegaskan dalam perikop itu, dengan berkata bahwa kita dapat dan harus mendapatkan kasihNya, dan kita dapat keluar dari kasihNya melalui ketidaktaatan kita kepada perintah-perintahNya. Kita tinggal dalam kasihNya hanya jika kita menaati perintah-perintahNya. Hal tersebut jarang diajarkan sekarang ini, tetapi harus diajarkan, karena itulah yang Yesus katakan.

Yesus hanya memperkokoh kasih yang menegaskan dari Allah bagi mereka yang menaati perintah-perintahNya:

Sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah. (Yohanes 16:27, tambahkan penekanan).

Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya. Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. (Yohanes 14:21, 23, tambahkan penekanan).

Perlu dicatat pada kutipan kedua, Yesus tidak berjanji kepada orang percaya yang tak sungguh-sungguh bahwa jika ia mulai menaati FirmanNya, Ia akan mendekat kepadanya dengan cara khusus. Tidak, Yesus berjanji jika seseorang mulai mengasihiNya dan menaati FirmanNya, maka BapaNya akan mengasihinya, dan baik Ia dan BapaNya akan tinggal di dalamnya, yang merupakan acuan kepada kelahiran kembali. Setiap orang yang dilahirkan kembali memiliki Bapa dan Anak yang tinggal di dalamnya melalui Roh Kudus yang tinggal di dalamnya (lihat Roma 8:9). Maka, kita pahami lagi bahwa orang yang benar-benar dilahirkan kembali adalah orang yang bertobat dan mulai menaati Yesus, dan dialah orang yang mendapatkan kasih yang menegaskan dari Bapa.

Tentu saja Yesus masih memberikan kasih yang penuh belas kasihan bagi mereka yang percaya kepadaNya. Ketika mereka tidak taat, Ia siap mengampuni jika mereka mengaku dosa dan mengampuni orang lain.

Kesimpulan (The Conclusion)

Dengan kata lain, Allah tidak mengasihi anakNya yang taat dengan cara yang sama dengan Ia mengasihi orang berdosa. Ia mengasihi orang berdosa hanya dengan kasih yang penuh belas kasihan, dan bahwa kasih itu sementara, hanya sampai ia mati. Pada saat yang sama Ia mengasihi orang itu dengan kasih yang penuh belas kasihan, Ia membenci orang karena Ia tidak menyetujui karakter orang itu. Inilah yang Alkitab ajarkan.

Di lain pihak, Allah mengasihi anakNya lebih dari Ia mengasihi orang yang tidak dilahirkan kembali. Utamanya Allah mengasihi anakNya dengan kasih yang menegaskan karena ia telah bertobat dan berusaha menaati perintah-perintahNya. Saat ia bertumbuh dalam kesucian, maka makin sedikit alasan bagiNya untuk mengasihinya dengan kasih yang penuh belas kasihan, dan makin banyak alasan untuk mengasihinya dengan kasih yang menegaskan, kasih yang ia inginkan.

Dengan kata lain, banyak potret kasih Allah, yang disebutkan oleh para pengkhotbah dan guru-guru kini, menyesatkan dan tidak akurat. Menurut perkataan Alkitab, sediakan waktu untuk mengevaluasi rumusan kasih Allah berikut ini:

1). Tiada hal yang dapat anda lakukan untuk membuat Allah mengasihimu lebih atau kurang dari yang Ia lakukan sekarang.

2). Tiada hal yang dapat anda lakukan untuk membuat Allah berhenti mengasihimu.

3). Kasih Allah itu tanpa syarat.

4). Allah mengasihi setiap orang dengan cara yang sama.

5). Allah mengasihi orang berdosa namun membenci dosa.

6). Tiada hal yang dapat anda lakukan untuk mendapatkan atau layak mendapatkan kasih Allah.

7). Kasih Allah untuk kita bukan berdasarkan penampilan kita.

Semua pernyataan di atas bisa saja menyesatkan atau sangat keliru, karena sebagian besar pernyataan benar-benar menyangkal kasih yang menegaskan dari Allah dan banyak yang salah memahami kasih yang penuh belas kasihan dariNya.

Mengenai (1), hal yang dapat dilakukan oleh orang percaya agar dapat membuat Allah lebih tegas mengasihi-nya adalah sikap lebih taat. Dan sesuatu yang dapat ia lakukan yang membuat Allah kurang tegas mengasihi-nya ialah ketidaktaatan. Bagi orang berdosa, hal yang dapat dilakukannya agar Allah lebih banyak mengasihinya ialah bertobat. Lalu ia mendapatkan kasih yang menegaskan dari Allah. Dan hal yang dapat dilakukannya yang membuat Allah kurang mengasihinya adalah kematian. Lalu ia kehilangan kasih satu-satunya yang Allah berikan padanya, yakni kasih yang penuh belas kasihan dariNya

Mengenai (2), seorang Kristen dapat kehilangan kasih yang menegaskan dari Allah dengan berbuat dosa kembali, sehingga ia dalam posisi mengalami kasih yang penuh belas kasihan dari Allah. Dan, orang yang tak percaya bisa mati, dan kasih yang penuh belas kasihan dari Allah akan berhenti, satu-satunya kasih yang pernah Allah beri untuknya.

Mengenai (3), kasih yang menegaskan dari Allah tentu bersyarat. Dan bahkan kasih yang penuh belas kasihan darinya adalah bersyarat pada orang yang secara fisik masih hidup. Setelah mati, kasih yang penuh belas kasihan dari Allah berakhir, sehingga kasih itu bersyarat karena hanya sementara.

Mengenai (4), besar kemungkinan, Allah tidak mengasihi orang dengan cara yang sama, karena semua orang, yang berdosa dan yang kudus, Ia setuju atau tidak setuju dengan berbagai syarat. Memang, kasih Allah tak sama untuk orang berdosa dan orang kudus.

Mengenai (5), Allah membenci orang berdosa dan dosanya. Dapat dikatakan, Ia mengasihi orang berdosa dengan kasih yang penuh belas kasihan dan membenci dosa-dosanya. Dari sudut-pandang kasih yang menegaskan dari Allah, Ia membencinya.

Mengenai (6), setiap orang dapat dan harus mendapatkan kasih yang menegaskan dari Allah. Sudah tentu, tak seorangpun dapat memperoleh kasih yang penuh belas kasihan dariNya karena kasih ini tidak bersyarat.

Dan, mengenai (7), kasih yang penuh belas kasihan dari Allah tidak berdasarkan pada penampilan, kecuali tentunya kasih yang menegaskan dari Allah.

Dengan kata lain, pelayan pemuridan harus menunjukkan kasih Allah dengan tepat, seperti diuraikan dalam Alkitab, karena ia tidak ingin siapapun tertipu. Hanya orang yang Allah kasihi dengan tegas dapat masuk ke sorga, dan Allah tegas hanya mengasihi orang yang telah dilahirkan kembali dan menaati Yesus. Pelayan itu tak pernah mengajarkan hal yang dapat menjauhkan orang dari kesucian. Tujuannya sama dengan tujuan Allah, yakni memuridkan orang-orang yang menaati semua perintah Kristus.

 


[1] Penginjilan oleh penginjil dapat dianggap sebagai bentuk pengajaran, dan penginjil sudah tentu perlu menyebarluaskan Injil yang sesuai benar dengan Alkitab

[2] Semua orang percaya tidak diberikan tanggung-jawab untuk mengajar bagi banyak kelompok orang, namun semuanya mempunyai tanggung-jawab mengajar satu per satu ketika mereka melakukan pemuridan (lihat Matius 5:19; 28:19-20; Kolose 3:16; Ibrani 5:12).

[3] Saya katakan “Jika”, karena mereka yang serigala berbulu domba adalah “para pelayan” yang motivasinya hanya mementingkan diri sendiri, dan mereka akan dilempar ke dalam neraka. Saya menduga hal yang memisahkan mereka dari pelayan sejati yang memiliki motif-motif keliru adalah besarnya motivasi mereka yang keliru.

[4] Ajaibnya, ada beberapa guru tak dapat mengelak dari fakta yang diperingatkan oleh Yesus kepada murid-murid terdekatNya dan hamba yang tidak setia jelas melambangkan seorang percaya. Mereka berkata bahwa tempat ratapan dan kertakan gigi ada di bagian pinggiran sorga. Ada orang-orang percaya yang tidak setia sewaktu-waktu meratap atas hilangnya upah mereka sampai Yesus menghapus air-mata dari mata mereka dan kemudian menyambut mereka memasuki sorga!

[5] Sudah tentu, orang Kristen yang melakukan suatu dosa tidak segera kehilangan keselamatan.Yang meminta ampun atas dosa-dosanya diampuni oleh Allah (bila dia memaafkan mereka yang berdosa kepadanya). Yang tidak meminta ampun atas dosa-dosanya menempatkan dirinya dalam bahaya untuk didisiplinkan oleh Allah. Dengan mengeraskan hatinya kepada disiplin Allah yang terus menerus, orang percaya memiliki resiko kehilangan keselamatannya.

[6] Orang yang masih tidak yakin bahwa seorang Kristen bisa saja kehilangan keselamatannya perlu memperhatikan semua perikop dalam Perjanjian Baru berikut ini: Matius 18:21-35; 24:4-5, 11-13, 23-26, 42-51; 25:1-30; Lukas 8:11-15; 11:24-28; 12:42-46; Yohanes 6:66-71; 8:31-32, 51; 15:1-6; Kisah Para Rasul 11:21-23; 14:21-22; Roma 6:11-23; 8:12-14, 17; 11:20-22; 1 Korintus 9:23-27; 10:1-21; 11:29-32; 15:1-2; 2 Korintus 1:24; 11:2-4; 12:21-13:5; Galatia 5:1-4; 6:7-9; Filipi 2:12-16; 3:17-4:1; Kolose 1:21-23; 2:4-8, 18-19; 1 Tesalonika 3:1-8; 1 Timotius 1:3-7, 18-20; 4:1-16; 5:5-6, 11-15, 6:9-12, 17-19, 20-21; 2 Timotius 2:11-18; 3:13-15; Ibrani 2:1-3; 3:6-19; 4:1-16: 5:8-9; 6:4-9, 10-20; 10:19-39; 12:1-17, 25-29; Yakobus 1:12-16; 4:4-10; 5:19-20; 2 Petrus 1:5-11; 2:1-22; 3:16-17; 1 Yohanes 2:15-2:28; 5:16; 2 Yohanes 6-9; Judas 20-21; Wahyu 2:7, 10-11, 17-26; 3:4-5, 8-12, 14-22; 21:7-8; 22:18-19. Teks-teks bukti yang dibuat oleh mereka yang mengajarkan doktrin keselamatan kekal tanpa syarat adalah ayat-ayat Alkitab yang hanya menekankan kesetiaan Allah dalam hal keselamatan, dan tidak mengatakan apapun tentang tanggung-jawab manusia. Ayat-ayat ini harus dipahami agar selaras dengan ayat-ayat Alkitab yang disebutkan tadi. Janji Allah untuk tetap setia bukanlah jaminan kesetiaan seseorang. Karena saya berjanji kepada istri saya bahwa saya takkan meninggalkannya dan saya tepati janji itu, bukanlah janji bahwa istri takkan pernah meninggalkan saya.

[7] Kita dapat bertanya-tanya bahwa semua ayat Alkitab yang menunjukkan kebencian dan kemuakan Allah terhadap orang berdosa ada di dalam Perjanjian Lama. Namun, sikap Allah terhadap orang-orang berdosa tidak berubah dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru. Pertemuan Yesus dengan wanita Kanaan dalam Matius 15:22-28 adalah contoh dalam Perjanjian Baru mengenai sikap Allah terhadap orang berdosa. Pertama, Yesus bahkan tak menanggapi permohonannya, dan Ia bahkan mengibaratkannya seperti anjing. Imannya yang teguh membuat Yesus menunjukkan belas-kasihan kepadanya. Sikap Yesus kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi tidak dianggap sebagai kasih yang menunjukkan belas kasihan (lihat Matius 23).